Sejarah dan Budaya Karo
Marga dan Struktur Sosial Dalam Masyarakat karo
Pada Bagian Ini Saya Menjelaskan Tentang Marga (Klan) Di Suku Karo Serta Struktur Sosialnya.
1. Marga
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga (klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima. Kelima merga tersebut adalah: (Lanjutkan)
Pisau Tumbuk Lada, Pusaka Suku Karo
Kebetulan leluhur saya adalah pandai besi, termasuk kakek dan ayah (bapak) saya mewarisi keahlian pembuatan pisau dan parang (senjata tajam ), desa ujung bawang terkenal dengan desa penghasil pisau karo dan senjata tajam lainnya, keahlian ini tidak semua orang bisa mewarisinya, ayah saya juga ada 5 bersaudara lelaki, bisa mewarisinya, walau sekarang sudah tidak terlalu produktif ( beralih jadi wiraswasta ), adapun pisau yang bisa mereka ( pandai besi ) produksi salah satunya tumbuk lada. (Lanjutan)
Kerja tahun, Tradisi Wajib Suku Karo
Masyarakat Karo adalah masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Tanaman padi adalah salah satu tanaman penting, yang selain mengandung makna ekonomi juga memiliki keterkaitan terhadap unsur religi dan sosial. Panggilan khusus terhadap tanaman padi yaitu Siberu Dayang menunjukkan penghargaan tersebut. Selain sebagai bahan pangan pokok, kekuatan ekonomi juga merupakan lambang prestise bagi masyarakat. Ukuran dan volume lumbung padi berpengaruh terhadap tolak ukur keberadaan seseorang. Maka agar hasil yang diperoleh cukup memuaskan, (Lanjutkan)
Mukul (Persada Tendi) Suku Karo
Setelah acara pesta Adat Perkawinan Karo selesai diadakan, dilanjutkan dengan acara makan bersama (mukul) kedua pengantin yang dibarengi sanak keluarga terdekat. Acara ini diadakan dirumah kedua pengantin dan kalau rumahnya belum ada, diadakan dirumah orang tua pengantin laki-laki tetapi kalau didaerah Langkat acara mukul ini diadakan dirumah pengantin perempuan. Acara ini dilaksanakan sebagai upacara mukul atau persada tendi (mempersatukan roh) antara kedua suami istri baru tersebut. Untuk acara tersebut oleh Kalimbubu Singalo Bere-Bere disiapkan Manok Sangkep berikut sebutir telur ayam. (Lanjutkan)
Siwaluh Jabu, Rumah Adat Suku Karo
Pada Bagian Ini Saya Menjelaskan Tentang Marga (Klan) Di Suku Karo Serta Struktur Sosialnya.
1. Marga
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga (klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima. Kelima merga tersebut adalah: (Lanjutkan)
Pisau Tumbuk Lada, Pusaka Suku Karo
Kebetulan leluhur saya adalah pandai besi, termasuk kakek dan ayah (bapak) saya mewarisi keahlian pembuatan pisau dan parang (senjata tajam ), desa ujung bawang terkenal dengan desa penghasil pisau karo dan senjata tajam lainnya, keahlian ini tidak semua orang bisa mewarisinya, ayah saya juga ada 5 bersaudara lelaki, bisa mewarisinya, walau sekarang sudah tidak terlalu produktif ( beralih jadi wiraswasta ), adapun pisau yang bisa mereka ( pandai besi ) produksi salah satunya tumbuk lada. (Lanjutan)
Masyarakat Karo adalah masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Tanaman padi adalah salah satu tanaman penting, yang selain mengandung makna ekonomi juga memiliki keterkaitan terhadap unsur religi dan sosial. Panggilan khusus terhadap tanaman padi yaitu Siberu Dayang menunjukkan penghargaan tersebut. Selain sebagai bahan pangan pokok, kekuatan ekonomi juga merupakan lambang prestise bagi masyarakat. Ukuran dan volume lumbung padi berpengaruh terhadap tolak ukur keberadaan seseorang. Maka agar hasil yang diperoleh cukup memuaskan, (Lanjutkan)
Mukul (Persada Tendi) Suku Karo
Setelah acara pesta Adat Perkawinan Karo selesai diadakan, dilanjutkan dengan acara makan bersama (mukul) kedua pengantin yang dibarengi sanak keluarga terdekat. Acara ini diadakan dirumah kedua pengantin dan kalau rumahnya belum ada, diadakan dirumah orang tua pengantin laki-laki tetapi kalau didaerah Langkat acara mukul ini diadakan dirumah pengantin perempuan. Acara ini dilaksanakan sebagai upacara mukul atau persada tendi (mempersatukan roh) antara kedua suami istri baru tersebut. Untuk acara tersebut oleh Kalimbubu Singalo Bere-Bere disiapkan Manok Sangkep berikut sebutir telur ayam. (Lanjutkan)
Siwaluh Jabu, Rumah Adat Suku Karo
Mengangkat Tulang-tulang, cara menghormati leluhur
(ilustrasi baju adat pernikahan suku karo)
Dalam pernikahan secara adat Suku Karo
dikenal 3 tahapan umum yang dilakukan dalam melaksanakannya. Didalam
3 tahapan umum ini akan dibagi lagi menjadi sub tahapan.
Adapun tahapan pernikahan yang dilakukan secara adat Suku Karo secara umum adalah sebagai berikut: (lanjutkan)
Dalam tradisi Karo, pengertian ‘Turang Senina’ sering dijabarkan bila seseorang dengan yang lainya memiliki hubungn kekeluargaan yang dilihat dari garis keturunan (merga) yang sama. Bila dalam rumpun Merga Silima (Karo-Karo, Ginting,Tarigan, Sembiring, Pranginangin) memiliki merga sama, dianggap erturang. Kecuali, bila dalam onggar tutur , berada di level anak beru atau kalimbubu. (Lanjutkan)
Harga Diri Dibayar Darah
Belajar pada masa lalu itu bijak, agar kita sadar bahwa kita adalah
produk dari sebuah masyarakat yang berjalan, produk dari sebuah
budaya itu sendiri dan dipengaruhi oleh waktu yang melaju bersama
interaksi dengan masyarakat luar lainnya. Dan ketika menemukan kabar
lama yang menyakitkan, kita harus mampu berucap :
"Horeee... aku menemukan akar penyebab penyakit di kekinian."
Berikut kabar lalu tentang masyarakat Karo yang katanya : "Selain
beradat, suka menolong, hemat, dan pengasih, mereka juga pendendam
dan tahu harga diri".(klik disini untuk membaca selengkapnya)
Kata ertutur satu kosa kata dalam bahasa Karo berasal dari kata dasar
tutur yang bermakna tingkat hubungan kekerabatan. Sementara ertutur
adalah kata kerja yang bermakna mencari tingkat hubungan kekerabatan
sesorang dengan yang lain. Kebiasaan bagi orang Karo bila pertama kali
berjumpa dengan seseorang selalu ertutur terlebih dahulu guna mencari
hubungan kekerabatan. Ertutur merupakan satu pilar dalam kebudayaan
kita. Dewasa ini, semakin banyak orang muda yang tidak mengerti lagi
orat tutur membuat kalangan orang tua Karo merasa khawatir dengan
kondisi itu, sebab bisa menggoyahkan eksistensi suku Karo dalam
peradapan modern ini. (Lanjutkan)
Kesenian Suku Karo
Hai,
Teman-teman, Kenal gak dengan salah satu seni pertunjukan tradisional
Batak karo ini? ya, seni pertunjukan tradisional ini kerap digunakan
dengan nama “gundala-gundala” karo atau Lingga (Desa Lingga).
Tembut-Tembut Seberaya diciptakan oleh Pirei Sembiring Depari yang
lahir antara tahun 1856 atau 1886 di keluarga yang sudah mempunyai jiwa
seni
Tokoh Karo
Guru Patimpus, Pendiri Kota Medan
Guru
Patimpus adalah seorang Karo bermarga Sembiring Pelawi. Guru Patimpus
dikenal sebagai pendiri Kota Medan. Berikut adalah sejarah singkat
Perjalanan Guru Patimpus yang berasal dari daerah dataran tinggi Karo,
hingga akhirnya mendirikan desa yang bernama Medan:
Di Monumen Guru Patimpus Tertulis Jelas Marga Sembiring Pelawi dan Bukan Marga Lain (lanjutkan)
Kiras Bangun ( Gara Mata), Pahlawan Nasional dari Desa Batukarang
Legenda Garamata/ Kiras Bangun
Peranan Kiras Bangun/ Garamata di Tengah Masyarakat Karo

Pemerintahan
yang ada pada masa itu disebut pemerintahan Urung dan Kampung yang
berdiri sendiri/otonomi. Jalannya roda pemerintahan dititikberatkan
pada norma-norma adat. Tidak jarang pula terjadi sengketa antar Urung
dan antar Kampung dengan motif berbagai macam persoalan. (lanjutkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar